Selamat Datang di Blog Dina Cerpen

Share |

Cerbung Afandi Maulana

Santri 30 %
(Bagian Ke Lima)


“Bakar, bakar, bakar……” teriak massa, hilir mudik menjarah barang-barang dalam supermarket, mereka dikejar-kejar keamanan polisi, tentara. Api berkobar-kobar di setiap pertokoan entah itu toko milik pribumi atau bukan. Begitulah gambar yang ditayangkan dalam televisi, tepatnya tahun 1997/1998, kejadian itu tidak hanya terjadi di daerah Jakarta, di tasikmalaya juga terjadi peristiwa mengenaskan, Mahasiswa berdemo di pemerintahan, meminta supaya pemerintahan soeharto dibubarkan, pada saat itu dinamakan peristiwa dimulainya Reformasi.

Ternyata peristiwa tersebut memancing banyak elemen, termasuk di pesantren-pesantren. Zae dan Nana siang hari itu baru saja menunaikan shalat dzuhur, tepatnya jam 1 siang, di luar masjid terdengar ramai sekali.

“ ada apa Zae?” Tanya Nana, bertatap muka dengan tatapan yang tegang.

“Na, kita lihat keluar” jawab Zae.

Suasana di luar memang menegangkan, keamanan pesantren berusaha mencegah santri-santri keluar dari gerbang, dari arah pengeras suara terdengar suara Kiai.

“assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu, para santri, jangan terpancing, jaga emosi, sabar-sabar, jangan terprofokasi, kita berdo’a mudah-mudahan suasana tasik, juga kota-kota yang lain bisa kembali tenang”.

Kata-kata itu terus di lontarkan, sedang di luar gerbang barisan truk yang mengangkut banyak massa terus berteriak Allahu akbar, Allahu akbar, seperti ingin mengajak santri-santri untuk ikut turun dalam tragedi tersebut, bahkan ada sebagian dari massa itu, melempar batu ke arah pesantren, hingga bagian kaca dari madrasah ada yang pecah, entah motivasi apa mereka melakukan hal itu. Santri mulai terpancing, untung saja dari pihak keamanan bertindak menghambat kemarahan para santri dengan menutup gerbang pesantren walau harus berdorong-dorongan.

“Na, apa yang terjadi sebenarnya?” Tanya Zae, dengan muka yang heran sekaligus tegang.

Hari semakin sore, suasana pesantren sudah mulai tenang, dan gerbangpun sudah di buka, santri-santri sudah diperbolehkan keluar masuk gerbang, tapi ada yang beda dengan hari-hari biasanya, di luar pesantren banyak keamanan yang berjaga-jaga bukan hanya dari kalangan keamanan pesantren, dari kepolisian, Abri yang menenteng-nenteng senjata, wah begitu menakutkan.

Malam ini santri diliburkan mengaji, semua santri, juga masyarakat sekitar pesantren di minta kumpul setelah shalat magrib di masjid, kita akan mengadakan istighosah berdo’a bersama untuk keamanan dan kedamaian Negara, yang memang sedang tidak stabil. Sebelum magrib Zae dan Nana ke Wartel, ingin tahu kondisi keluarganya di bekasi, semoga saja dalam keadaan baik-baik saja.

”assalamu’alaikum, Bu apa kabar?, gimana kabar keluarga di rumah, sehat?” Tanya Zae kepada Ibunya.

“baik-baik, kamu sendiri gimana Zae juga Nana gimana sehat?” Tanya Ibu Zae.

“Alhamdulillah, sehat. Bu, di bekasi keadaannya gimana?, di tasik banyak kejadian” kata Zae.

“kamu hati-hati ya Zae, jangan ikut-ikutan, kamu banyak berdo’a aja yah, Ibu, Bapak, juga keluarga di bekasi ikut berdo’a semoga semua bisa kembali tenang, ia di bekasi juga banyak kejadian” jawab Ibu Zae.

“ wah, kejadiannya kok serempak ya Bu, bukan cuma di tasik, bekasi, Jakarta, dimana-mana, ya udah itu aja Bu, Zae mau ke masjid dulu, nanti setelah shalat magrib mau diadakan do’a bersama, ngaji sementara diliburkan” kata Zae.

“ia, ia hati-hati ya Zae, juga Nana jangan ikut-ikutan yah” kata Ibu Zae.

“ia Ibu, assalamu’alaikum” Zae menutup pembicaraan.

“wa’alaikum salam” jawab Ibu Zae sambil menutup telpon dan menarik nafas dalam-dalam.
Prev Next Next

Copyright @ 2011 By. Dina Cerpen