Santri 30 %
(bagian Ke dua)
(bagian Ke dua)
Sepertinya malam tadi hujan, Zae yang tadi tertidur pulas begitu bangun sudah berada di terminal tasik yang basah dan dingin, kemungkinan semalam hujan lebat sekali. Sekedar beristirahat mereka mampir di warung kopi, letaknya persis di pojok terminal, di sambut oleh seorang wanita setengah tua yang mengenakan jaket tebal.
"mangga caralik, nembe dongkap?" tanyanya.
"Muhun ibu" jawab orang tua Zae.
"ari ujang lingih timana?" tanyanya.
"abi sareng murangkali ti Bekasi ibu, ieu ngajajabkeun murangkali pasantren" jawab orang tua Zae.
"oh muhun," jawabnya.
Suasana tasik mulai terasa, dari udara dingin dan sejuk juga logat bahasa orang sunda yang begitu kental terdengar di terminal, ada yang menawarkan dagangan dengan bahasa sunda, juga yang sedang mengobrol.
Hari masih gelap, kemungkinan Zae, Nana, Rulli dan orang tua mereka, menunggu sampai shubuh di terminal cilembang.
"Zae, kamu masih ngantuk yah?" Tanya Nana.
" ia Na, ke Mushalla yu" ajak Zae.
"ayo…Lumayan ada waktu buat tidur sebentar, sambil menunggu adzan shubuh".
"
Zae, Nana, Rulli dan Orang tua mereka, bergegas naik angkot jurusan Singaparna, menuju Pondok Pesantren, kurang lebih 17 km untuk sampai di pondok, menyusuri jalan yang sepi dan udara begitu dingin sekali, karena memang pagi sekali, mereka diantar sampai di depan gerbang pondok pesantren.
Zae turun dari angkot dengan jantung yang berdebar, hatinya bertanya-tanya .
"apa siap untuk tinggal di tempat perantauan menimba ilmu, jauh dari keluarga dan orang tua?, ah aku harus siap menerima kenyataan, bukankah ini pilihan".
Sedang Nana, Rulli terlihat santai, mereka masih sempat bercanda-canda, ketika turun dari angkot, ada wanita berkerudung rupanya menawan dan aduhai, mungkin santriwati di Pondok Pesantren ini.
" Rull, lihat ada cewe cakep…" kata Nana.
" ia, santri kali yah, wah bisa betah nih" jawab Rulli, sambil ketawa-ketawa keduanya.
"ada apa Na" Tanya Zae.
"ngga " sambil mesam-mesem menahan ketawa.
Suasana Pesantren mulai teraba, udara yang sejuk, suara pengajian terdengar dari dalam madrasah seperti bernadhoman, sedang dari arah masjid terlihat santri berbondong-bondong keluar, rupanya baru selesai mengaji, di jalan banyak pedagang berjajar seperti pasar di kerubungi banyak santri, baik laki-laki maupun perempuan, seperti mencari sarapan.
Ada santri wanita lewat di depan mereka, dengan tanpa malu-malu Nana menyapa .
"assalamu'alaikum, teh baru pulang ngaji?" Tanya Nana.
"wa'alaikum salam, muhun kang" jawabnya
Sepertinya hati Nana mengembang, dengan muka yang cerah Nana Bertanya lagi .
" maaf, teteh santri di sini?" Tanya Nana.
" muhun kang" jawabnya lagi.
"maaf lagi teh, jangan pakai bahasa sunda saya mah ngga ngerti, maklum baru pengen belajar sunda" sambil senyum-senyum sendiri.
" ohh, ia kang saya santri di sini, akang baru ?" Tanya santri.
" ia kami baru, boleh kenalan teh?" saut Nana.
" boleh, saya Euis, asal Bandung" jawabnya.
" saya Nana, ini Zae, yang satu lagi Rulli, kapan-kapan ketemu lagi ya teh" sapa Nana.
" muhun kang, wilu jeung sumping, mangga assalamu'alaikum" kata Euis.
"Wa'alaikum salam".
Rupanya perkenalan tadi membuat Nana semangat, untuk mondok di pesantren, sedang Rulli dan Zae tidak begitu peduli, mereka seperti sedang menimbang-nimbang, memutuskan untuk hidup mandiri di pesantren.
Hari masih pagi sekali, sambil menunggu orang tua mereka menyelesaikan pendaftaran ke bagian sekretariat pesantren, Nana, Zae, Dan Rulli berkeliling sekitar wilayah pondok pesantren, mereka melihat-lihat asrama yang banyak sekali santrinya, ada yang sedang menghapal kitab duduk di bingkai jendela, ada yang bersenda gurau, sesekali bersapa jika kebetulan kami berpapasan dengan santri, ucapan "assalamu'alaikum" serempak di jawab " wa'alaikum salam sambil melemparkan senyum dan manggut-manggut, terkadang berjabat tangan juga".
Suasana pesatren begitu terlihat jelas, wanitanya yang berjilbab, laki-lakinya yang berpeci hitam dan bersarung juga bersorban, ah begitu indah rasanya "bathin Zae berkata" sedikit menghilangkan rasa gundah dalam hatinya.
"Zae, Rul, kita lihat penduduk di luar yu, tadi aku lihat ada sawah-sawah dan kolam-kolam sepertinya pemandangannya indah" kata Nana.
"boleh" jawab keduanya.
"
Hari telah siang, dan orang tua mereka juga telah selesai mengurus segala kebutuhan dan administrasi, baik di pesantren maupun di Madrasah Aliyah, kebetulan dekat pesantren ada sekolah Aliyah jadi tidak jauh untuk mengurus pendaftarannya. Zae, Nana, Rulli dan orang tua mereka pergi ke asrama, kamar buat mereka yang telah di sediakan oleh pengurus asrama.
"Zae, Nana, Rulli, kamu nanti tinggal di sini, baik-baik yah, kalau ada apa-apa kalian bisa saling Bantu, bapa cuma bisa ngebantu do'a mudah-mudahan kamu bisa betah dan bisa belajar dengan tenang di pesantren" kata Orang tua Zae.
" ia Pa, kami minta do'a restu bapa biar kami bisa menjadi anak yang shaleh" kata Nana.
Terlihat Zae meneteskan air mata, mungkin terharu, karena akan ada rasa rindu pada keluarga, orang tua, pada saat orang tuanya melangkahkan kaki meninggalkan mereka bertiga di pondok pesantren.
" baiklah Zae, Nana, Rulli, bapa sampai sini saja mengantar kalian, kalian jaga diri baik-baik yah, semoga cita-cita kalian tercapai"
" ia Pa" jawab ketiga remaja dengan isak tangis.
Nana, yang tadinya paling semangat menggoda santriwati juga ikut berlinang air mata, semua terharu, dengan teramat terpaksa mereka melepas kepergian orang tuanya, sambil melambaikan tangan.