Santri 30 %
(Bagian pertama)
(Bagian pertama)
Jauh-jauh hari sebelum ujian kelas tiga dimulai Zaedun sudah memasang ancang-ancang, jika kelak lulus dari Tsanawiyah Negeri Bekasi, ingin melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren.
Seperti biasa Zaedun selepas istirahat duduk-duduk bersama teman-temannya di teras Mushalla sekolahnya, letak Mushalla memang sangat asik untuk sekedar duduk-duduk di luar karena di sana ditumbuhi pohon yang rindang dan menyejukkan.
Zaedun bukan siswa yang aktif dalam organisasi sekolah maupun organisasi lainnya, tapi kemampuannya dalam pidato maupun seni, khususnya kaligrafi Zaedun sedikit menguasainya, ia senang belajar sendiri mendengar kaset-kaset ceramah kiai kondang yang ditirunya.
Di teras Mushalla ada teman akrabnya Agus dan Nana.
"gus nanti kamu setelah lulus dari sini mau melanjutkan kemana? Tanya Zaedun.
"belum tahu nih? masih pikir-pikir, pengen si ke STM biar nanti lulus gampang cari kerja"
"kalau kamu Dun ?" Tanya Nana.
" aku ingin sekali merasakan dunia pesantren, katanya disana kita diajarkan kitab-kitab kuning, ceramah, dan selain belajar mandiri, juga memperdalam ilmu agama lebih dalam khususnya ilmu akhlak"
"wah boleh tuh, dimana rencana kamu mondok? Tanya Nana.
" belum tahu Na, kakak aku sekarang mondok di pesantren dua bahasa di subang, katanya, selain belajar kitab kuning diajari juga bahasa arab dan inggris, ya sehari-hari mereka bicara pakai dua bahasa itu, kalau ketahuan bicara pakai bahasa Indonesia atau sunda dihukum sama ustadnya".
Dari kejauhan terlihat Nur'aini teman sekelas mereka menghampiri mereka duduk di mushalla.
"assalamu'alaikum" sapa salamnya.
ketiga remaja itu menjawab.
" wa'alaikum salam, hai Nur dari mana? "Sapa Zaedun.
" aku baru saja dari kantin, melihat kalian sedang diskusi ya aku kesini aja, lagi bicarain lanjutin sekolah yah?"
Ketiga anak itu saling bertatap muka? "Kok tau" kata Nana.
" ya iya, sebentar lagi kan kita ujian akhir, "eh mau ngelanjutin ke pesantren ngga?"
"wah-wah rupanya wanita yang satu ini pintar membaca niat orang yah? Canda Agus.
"memang Nur kita-kita sedang membahas itu, si Zaedun katanya ingin pesantren tuh, tapi masih bingung kemana?".
"Ooh itu, dikira apa" jawab Nur'aini.
"gimana Zae, kalau pesantrennya bareng sama aku aja, aku juga ingin melanjutkan ke pesantren".
"dimana?" Tanya Zaedun.
"di Tasikmalaya, kebetulan di tasik ada nenek aku".
"Boleh, kapan rencana ke tasik?" Tanya Zaedun.
"insya allah setelah ujian selesai, aku diantar orang tua aku ke tasik, melihat-lihat pondok pesantren itu, gimana mau bareng?".
"Aku bicara dulu dengan orang tua aku yah Nur, soalnya orang tua aku juga ingin aku mondok di pesatren tempat kakak ku " kata Zaedun.
"Na kamu minat ngga?" Tanya Zaedun.
" boleh, aku minat".
Setelah ujian selesai anak-anak kelas tiga Madrasah Tsanawiyah Negeri Bekasi berwisata ke yogyakarta bersama guru-guru, alhamdulillah untuk ujian kali ini tidak ada murid yang tidak lulus, semua gembira berbaur bersama guru-guru merayakan hari kebahagian mereka, hanya sayang Zaedun tidak bisa ikut dalam acara wisata ke yogyakarta, dikarenakan Zaedun punya masalah yang membuat dirinya merasa terpukul dan mengurungkan diri untuk ikut berwisata ke jogja. Bukan karena tidak lulus ujian, di hari itu sebetulnya hari yang teramat gembira buat Zaedun selain lulus dari sekolah, di pengajian PIA, Zaedun lulus dengan prestasi memuaskan, selain nilai yang bagus Zaedun ditetapkan sebagai murid yang teladan. Kakak Zaedun yang di pesantren subang dikeluarkan dari pondok, karena melanggar peraturan yang berlaku. Sepulang dari pengajian Zaedun, dibentak-bentak orang tuanya tanpa alasan yang jelas, mungkin orang tua Zaedun merasa terpukul dan kecewa.
"Zaedun udah lu ngga usah pesantren, tuh liat abang lu dipecat, guwa mah pengen anak bener, malah bikin masalah ". dengan logat betawi.
Zaedun hanya bisa diam, karena tahu dan maklum.
Kejadian itu telah berlalu, dan orang tua Zaedun bertanya kepadanya.
"Zae lu mau ngelanjutin sekolah kemana? Asal jangan ke pesantren".
Zae diam menunduk.
Orang tua Zae tahu, rupanya niat Zae untuk ke pesantren begitu besar.
Kemudian orang tua Zae melanjutkan kata-katanya "ya udah, kalo elu mau pesantren, gih berangkat, gua ingetin ke elu, yang bener belajarnya jangan kaya abang lu".
Niat Zaedun untuk pesatren terlaksana, malam itu Zaedun bersama Nana dan Rulli teman satu kampungnya berangkat menuju tasikmalaya, di sepanjang perjalanan Zaedun hanya terdiam, pikirannya masih bergulung pada peristiwa kakaknya yang dikeluarkan dari pesantren dan Zae akhirnya terlelap tidur.